Selasa, 17 Mei 2011

Peran ayah dalam perkembangan anak

APP 2010 : Aku cinta keluargaku
Sub tema 1 : Aku bagian dalam keluarga


Belajar dari Mirifica E-news (http://www.mirifica.net/)
Berita dari UCA News (Union of Catholic Asian News) - kantor berita katolik asia 26 juni 2007 16:35


Peranan Ayah dalam perkembangan anak
Ditekankan dalam perayaan Marriage Encounter

Singapura UCAN
Anak-anak yang ayahnya terlibat dalam kehidupan mereka cenderung menumbuhkan suatu penghargaan yang sehat kepada orang lain, tidak terlalu terpengaruh terhadap tekanan teman-teman dan menunjukkan hasil yang lebih baik secara akademis

Lokakarya "The Power of Fathers" 
(kekuatan para bapak). 
Wong Suen Kwong (45), pemilik 2 putri remaja. salah satu pendiri Centre for Fathering, sebuah lembaga non profit di Singapura, berbagi pandangannya dalam perayaan gerakan Worldwide Marriage Encounter ke 28 di singapura pada 31 mei. 
Panitia mengundang Wong, yang bukan katolik, untuk memberi satu dari empat lokakarya yang diadakan serempak di Pusat pendidikan Gereja di St teresa. Sekitar 1.000 orang mengikuti berbagai kegiatan hari ulang tahun itu, yang di tutup dengan misa oleh Uskup Agung Nicholas Chia.
"Prestasi akademis itu terkait erat dengan keterlibatan seorang ayah dalam perkembangan intelektual anak. Anak-anak yang bertumbuh dalam keluarga yang ayahnya terlibat secara optimal cenderung lebih berprestasi di sekolah. 
Sebaliknya, anak-anak yang sedikit atau tidak ada dukungan ayahnya cenderung sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang non-produktif seperti bolos sekolah dan menghabiskan waktu di internet, dengan bermain  komputer game atau video game.
Barna Research, sebuah organisasi Kristen di Amerika Serikatmenemukan bahwa 15% dari anak-anak yang pergi ke gereja dengan kemauan sendirian jika mereka hanya memiliki ibu yang rajin pergi ke gereja, tapi presentase meningkat menjadi 55% jika hanya ayah sendiri yang rajin pergi ke gereja. Jika kedua orang tua rajin ke gereja secara teratur, meningkat menjadi 72%.
Kehadiran ayah dalam keluarga juga memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan emosional anak. "Seorang ayah yang lembut dan peduli akan menurunkan anak-anak yang lembut dan peduli" kata Wong, tetapi bukan dalam arti yang eklusif. "Anak-anak belajar berempati dengan orang-orang yang kurang beruntung karena anak-anak ini meneladankan orangtua mereka".

Lokakarya "Love Languages" 
Pastor Henry Siew melihat 5 cara utama atau "bahasa" yang dengannya orang memberi dan menerima cinta. Lima cara itu adalah: Kata-kata peneguhan, tindakan pelayanan, hadiah, kebersamaan atau quality time (menyempatkan waktu) dan sentuhan fisik.
Imam diosesan dari Singapura menyebut setiap cara itu penting dan harus di pahami dan diterima pasangan sebagai suatu bahasa cinta yang dominan dari pasangannya yang membuat orang yang dikasihinya merasa dicintai. Dalam lokakarya itu para peserta menjawab quisoner untuk menemukan mana yang menjadi bahasa cinta dominan mereka.

Lokakarya Creating and Celebrating Family Rituals 
(menciptakan dan merayakan ritual-ritual keluarga).
Pastor Johnson Fernandez, direktur kantor komisi kateketik (Catechetical Commission office), men-sharing-kan pentingnya menciptakan ritual-ritual dalam keluarga katolik. 
Dampak dari keluarga seseorang dalam pembinaan religius dan moral itu jauh lebih kuat dari program keteketik terbaik atau sekolah katolik paling terkenal. Sementara banyak ajaran yang tidak terjadi dalam kelas pelajaran agama, perayaan-perayaan dalam keluarga harus melengkapinya.
satu ritual seperti itu bisa berupa waktu yang teratur bagi para anggota keluarga untuk saling berbagi "cerita-cerita kabar gembira". Misalnya seorang anggota keluarga dapat menceritakan kembali sebuah kisah injil dari pengalaman atau pandangannya sendiri.
para orang tua bersama-sama anak-anak mereka, untuk mencari Allah dalam kebiasaan-kebiasaan religius ini, dan dalam peristiwa-peristiwa keluarga seperti babtisan, reuni keluarga atau hari ulang tahun.

Lokakarya "Family Spirituality" 
(Spiritualitas keluarga)
Pastor Frans de Ridder dari terekat Hati maria tak bercela berbicara: bahwa suatu spiritualitas keluarga dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Ini meliputi pentingnya anggota-anggota keluarga berdoa bersama dan menyempatkan waktu untuk bersama-sama, seberapa sering mereka makan bersama, isi pembicaraan bersama, pandangan tentang memiliki lebih banyak anak, menghormati orang lanjut usia, dan penggunaan uang secara memadai.
Donald dan Rachel Pereira, yang menghadiri Loka karya yang berbeda, mengatakan bahwa sharing-sharing dalam lokakarya sangat mencerahkan. Lokakarya Wong berkesan bagi Donald (42) "Ia membukakan jalan bagi kami untuk menjadi ayah yang baik. Sering kita lupa untuk memperhatikan bagaimana menghadapi anak-anak kita".
Rachel (42) mengatakan lokakarya tentang ritual keluarga memberi banyak pandangan baginya. "Inilah hal-hal yang dapat kita praktekkan dengan mudah dalam keluarga, sebab ini praktis". 
Menurut para pemimpin Marriage Encounter setempat, sekitar 4.000 pasangan telah mengikuti acara-acara akhir pekan Marriage Encounter di Singapura sejak acara-acara itu dimulai disini tahun 1979.
= = =

Tidak ada komentar:

Posting Komentar